Status is Everything?

Kamis, 29 September 2011
"Rumput tetangga (akan selalu) tampak lebih hijau"

Status memang terkait erat dengan salah satu kebutuhan manusia: aktualisasi diri. Jika pangan, sandang, papan, sudah terpenuhi sehingga tidak menjadi sebuah prioritas lagi, aktualisasi diri akhirnya seolah menjadi suatu kewajiban.

Masalahnya aktualisasi hanya bisa 'tercapai' dengan hadirnya orang lain. Apalah artinya aktualisasi yang hanya bisa dilihat oleh diri kita sendiri? Naah, perlu hadirnya orang lain ini sering menjadi bahan banding-bandingan antara aktualisasi masing-masing pihak yang berkaitan.

"Status gue lebih tinggi dari elu"
"Anjrit, koq dy lebih dari gue?"
"Hmpft.. Kyk gtu aj koq bangga"

Dan masih banyak nian pemikiran-pemikiran serupa yang intinya sebenarnya sama saja.

Pertanyaannya sekarang adalah: "Kapan seorang manusia akan merasa puas?" Pada saat apakah seorang akan berhenti membandingkan pencapaiannya dengan orang lain?

Menurut saya, seorang manusia akan berhenti membanding-bandingkan saat dia memiliki aktualisasi dan target yang khusus bagi dirinya. Unik, dan hanya dia yang bisa menyelesaikannya dengan sempurna.

Saya rasa itulah saat dimana manusia akan berhenti membanding-bandingkan status, perasaan iri, dan merendahkan orang lain.

Semoga...

0 komentar:

Posting Komentar