Perspective Differences

Rabu, 05 Oktober 2011
Selama saya masih menganggap sesuatu yang dilakukan orang lain itu aneh, jelek, tidak jelas, tidak penting, dan salah posisi, saat itu juga saya tau bahwa seseorang di luar sana sedang berpikir hal yang sama tentang saya.

Itulah sebabnya mengapa kita tidak seharusnya ambil pusing atas ocehan pedas tidak membangun dari seseorang atas karya, atau apapun yang sedang kita lakukan atau kerjakan.

Akan selalu ada orang yang memiliki perspektif yang berbeda dari kita. Bahasa kasarnya, akan selalu ada orang yang membenci, atau minimal tidak suka dengan sesuatu hal yang kita lakukan. Protes-protes bermunculan, cercaan, hinaan terselubung, atau apapun itu terkadang bisa jadi sangat menyebalkan bagi sang korban.

Kabar baiknya adalah: para pembenci anda adalah pemerhati anda!

Lucu, kalau meningat betapa saya terkadang menonton beberapa program TV (yang menurut perspektif saya) sangat tidak masuk akal, bermutu rendah, dan tidak ada nilai hiburannya. Beberapa kali celotehan saya keluar, cercaan, atau minimal gelengan kepala spontan keluar selama acara berlangsung. Dalam kesempatan tertentu bahkan rasa jijik dan kasian pun bermunculan di otak saya. Tetapi coba tebak, yap! Tetap saja status saya saat itu adalah penonton siaran.

Mengingat betapa sayapun bisa jadi kalangan pembenci, entah bagaimana membuat saya lega. Karena itu berarti saya tahu cara mainnya. Itu berarti modus operandi kalangan pembenci adalah: mau tak mau harus menjadi pemerhati dulu, baru bisa mempunyai alasan untuk membenci sesuatu.

Jadi bersyukurlah atas orang-orang yang membenci anda/sesuatu yang anda lakukan. Karena mereka adalah orang-orang yang peduli, mau tahu, dan perhatian atas apa yang sedang anda lakukan. Thank You Haterz...

0 komentar:

Posting Komentar